Saudaraku, jika benar-benar iman tertanam di dada, seorang yang muttaqin itu, paling tidak memiliki tiga kriteria. Hal ini sesuai dengan pernyataan Allah yang termaktub di dalam surat Al-baqoroh, ayat 2 dan 3 "Dzaalikal kitaabu laa roiba fiihi hudan lil muttaqiin. Alladziina yu’minuuna bil ghoibi wa yuqiimuunash sholaah wa mimmaa rozaqnaahum yunfiquun," --Ini kitab (Alquran) tak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang yang taqwa, yaitu orang yang beriman kepada Yang Ghaib, mendirikan salat, dan menafkahkan apa yang telah dianugerahkan Allah".
Ciri pertama orang yang takwa adalah percaya kepada yang ghaib. Ketika diuji dengan permasalahan hidup, kadang-kadang kita lupa kepada siapa mestinya kita berkeluh kesah. Orang-orang yang hatinya disinari hidayah, tentu akan meminta hanya kepada Allah.
Tersebutlah Syeikh Ibrahim Ibnu Adham yang akan menyeberangi laut. Saat hendak menumpang kapal, ia tak bisa membayar ongkosnya. Ia diusir dan dibentak-bentak. Dengan sabar, ia pun salat dua rakaat dan berdoa, "Ya Allah, Engkau tentu tahu kebutuhanku." Sungguh ajaib, di bawah sajadahnya terdapat sejumlah dinar. Ia hanya mengambil sesuai dengan kebutuhannya untuk membayar ongkos menyeberang.
Ciri kedua seorang muttaqin adalah mendirikan salat. Orang-orang salafus sholeh di zaman dahulu menjadikan salat sebagai kebutuhan. Mereka tidak hanya salat lima waktu beserta salat-salat rawatib. Mereka pun mengisi malam-malam mereka dengan qiyamul lail. Itulah sebabnya Allah memberikan rezeki lebih dari sebongkah emas, yaitu hati dan pikiran yang terang.
Terakhir, ciri ketiga dari seorang muttaqin adalah menafkahkan harta yang telah dianugerahkan Allah di jalan Allah. Banyak orang yang berpikir dunia, sehingga berat sekali bersedekah. Orang-orang yang berkelebihan bisa makan sahur dan berbuka dengan menu sesuka mereka. Bagaimana dengan kaum papa? Orang-orang yang rajin menafkahkan hartanya di jalan Allah akan mendapatkan hadiah lebih dari sekedar materi. Orang-orang yang hobi bersedekah akan disehatkan jiwa dan badannya; akan dimudahkan segala urusannya; rumah tangganya dalam sakinah, mawaddah, dan rohmah; dan akan lahir anak yang sholeh sholehah. Bukankah ini lebih dari sebongkah emas, kawan?
No comments:
Post a Comment